“Biasanya yang terpilih adalah tokoh dengan posisi eksekutif atau legislatif yang kuat, karena dianggap mampu membawa suara partai lebih besar,” jelas Panji.
Namun, menurutnya, dinamika politik kali ini bisa saja membuka peluang bagi kader non-teritorial. Asalkan mereka mampu menunjukkan kapasitas, soliditas jaringan, serta dukungan finansial yang cukup.
“Meski begitu, jika Golkar ingin mempertahankan basis dan merebut kemenangan di Pemilu 2029, sangat penting menempatkan figur dengan jabatan teritorial. Sebab kekuatan politik tidak hanya soal uang, tetapi juga pengaruh nyata di daerah,” pungkasnya.