Heri menambahkan, faktor ketiga adalah kaderisasi. Figur yang sudah lama berkecimpung di Golkar akan memiliki nilai lebih, terutama jika ditunjang jabatan publik dan kedekatan dengan kepengurusan pusat.
“Ketiga, kader tetap menjadi nilai tambah dalam tingkat keterpilihan Musda,” ujarnya.
Ia juga menegaskan, kader yang memiliki popularitas tinggi, basis massa kuat, serta jabatan publik, meski gagal di Musda, tetap memiliki peluang besar untuk dilirik partai lain.
“Ya, kemungkinan bisa saja dilirik oleh partai lain yang membutuhkan figur dengan ketokohan kuat,” imbuhnya.
Sementara itu, Pengamat Politik Universitas Bengkulu, Prof. Dr. Panji Suminar, MA menilai kultur politik Golkar selama ini memang lebih sering menempatkan kader dengan jabatan teritorial sebagai Ketua DPD.