BENGKULU, BEKENTV – Rumah yang ditinggali balita penderita cacingan, Nur Khaira Sabrina, di Desa Sungai Petai, Kecamatan Talo Kecil, Kabupaten Seluma, jauh dari kata layak huni.
Bangunan utama rumah tersebut hanya terbuat dari papan kayu rapuh dengan dinding berlubang serta atap seng berkarat.
Lantainya masih berupa tanah bercampur kerikil yang saat hujan berubah menjadi becek dan kotor.
Bagian dalam rumah pun terlihat gelap dan sempit, hanya dipisahkan sekat papan tipis.
Barang-barang rumah tangga ditumpuk seadanya tanpa lemari maupun tempat penyimpanan.
Tidak ada lantai semen atau keramik, hanya tanah padat yang membuat kondisi rumah semakin tidak higienis.
Lingkungan di luar rumah pun sama memprihatinkan. Terdapat genangan air kotor, sampah plastik, hingga limbah rumah tangga berserakan di sekitar rumah.
Toilet keluarga hanya berupa gubuk kecil berdinding tembok seadanya dengan saluran pembuangan yang mencemari lingkungan.
Sumber air yang digunakan pun hanya berasal dari sumur sederhana berlapis bambu, yang letaknya berdekatan dengan toilet.
Kepala Desa Sungai Petai, Rendi, mengatakan kedua orang tua Nur Khaira Sabrina berasal dari keluarga kurang mampu.
Sang ayah hanya bekerja serabutan mencari kelapa dengan pendapatan pas-pasan.
“Memang keluarga ini tergolong miskin, keseharian anaknya selalu bersama orang tuanya di rumah. Namun kebersihan dan kondisi rumah yang kotor hanya beralaskan tanah mungkin salah satu penyebabnya,” ujar Rendi.
Ia menambahkan, pihak desa sudah berupaya memberikan bantuan makanan bergizi untuk kedua anak tersebut.
“Kami dari pihak desa rutin memberikan susu, telur, hingga vitamin untuk anak mereka. Bahkan pengajuan program bedah rumah sudah kami sampaikan agar kondisi tempat tinggal mereka bisa lebih layak,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Seluma, Rudi Syawaludin, menegaskan pihaknya selama ini sudah memberikan perhatian berupa gizi tambahan dan obat cacing setiap enam bulan sekali.
Namun, kasus cacingan yang menimpa Khaira baru terdeteksi setelah kondisinya memburuk.
“Selama ini kita intervensi gizinya dengan makanan tambahan dan obat cacing, ternyata anak ini ada penyakit cacingan,” pungkas Rudi.
Ia menegaskan, sore ini pihaknya akan segera memanggil penanggung jawab program puskesmas dan klaster IPL terkait permasalahan tersebut.
“Kurangnya perhatian dari orang tua menjadi penyebab utama. Ke depan, pemberian obat cacing akan digencarkan lagi,” tutup Rudi.