BEKENTV – Bagi umat Hindu, perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan menyimpan makna yang mendasari dan ada sejarah yang tersimpan di baliknya.
Dua hari raya ini ditandai atas kemenangan Dharma atas Adharma sekaligus kesempatan untuk kembali memperkuat hubungan dengan keluarga, leluhur, serta Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa).
Selain itu, pada proses perayaan akan ada keindahan penjor, wangi bunga dan dupa, serta suasana damai menjadikan hari raya ini selalu dinanti setiap tahun.
Sejarah Hari Raya Galungan ini berkaitan pada mitologi Hindu-Bali, yang mana sebagai peringatan yang dirayakan setiap tahun, dalam 6 bulan sekali menurut kalender Bali.
Diketahui bahwa, kalender penanggalan yang ada di bali setiap bulannya memiliki 35 hari, hal tersebut peringatan Galungan akan diadakan setiap 210 hari sekali di hari Rabu (Budha) Kliwon Wuku Dungulan.
Perayaan tersebut dijadikan sebagai penyatuan rohani supaya umah Hindu memiliki pendirian serta pola pikir yang cemerlang, hal tersebut merupakan wujud dari dharma dari dalam diri manusia.
Untuk pertama kalinya dirayakan pada 882 Masehi, kemudian sempat terhenti selama bertahun-tahun. Tepatnya pada tanggal 15 tahun saka 804 atau 882 Masehi pertama kali di Bali, di saat purnama Kapat tepat Budha Kliwon Dungulan, hal ini dinyatakan oleh lontar Purana Bali Dwipa.
Hal ini lantaran, raja-raja yang menguasai Bali saat itu banyak yang meninggal pada usia muda. Bersamaan dengan hal ini, secara terus-menerus Pulau Dewata tersebut mengalami guncangan berbagai bencana.
Kemudian pada masa pemerintahan Raja Sri Jayakasunu, kembali ritual Galungan ini dirayakan. Selain itu, menurut masyarakat Hindu di Pulau Dewata tersebut sejarah serta prosesi Hari Raya Galungan sangatlah bermakna.
Mulanya, raja sempat merasa heran terhadap pendahuluanya, yang mana raja sebelumnya berumur pendek dan bahkan Bali sering mengalami musibah.
Hal tersebut membuat Raja Sri Jayakasunu bersemedi, selanjutnya ia memperoleh bisikan dari Dewi Durga yang dipercayanya dalam pertapaan itu.
Sehingga, muncul alasan dari wangsit tersebut bahwa dikarenakan warga Bali yang telah melupakan peringatan Galungan, sehingga hal tersebut menjadi alasan mengenai keanehan yang terjadi selama itu.
Perayaan Galungan akhirnya kembali dihidupkan melalui perintah Raja Sri Jayakasunu yang mana hari raya ini terus dilaksanakan secara turun-temurun hingga sekarang.
Terdapat istilah khusus dari penyebutan hari itu yang berasal dari Jawa Kuno yakni Budha Kliwon Dungulan atau juga hari Rabu Kliwon dengan wuku Dungulan, yang artinya adalah hari kemenangan dharma (kebenaran) atas adharma (kejahatan).
Sederet ritual prosesi menghiasi perayaan Galungan, dengan antusias yang tinggi masyarakat Bali yang mayoritasnya beragama Hindu khusyuk menjalaninya.
Berikut ini, jadwal lengkap Hari Raya Galungan dan Kuningan November 2025:
















