“Berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi ini merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng Pasifik dan Lempeng Okhotsk. Gempa bumi ini memiliki mekanisme naik (thrust fault),” ungkap Daryono dalam keterangan resmi pada Selasa, 9 Desember 2025.
“Hasil analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut tidak berpotensi menimbulkan tsunami di wilayah Indonesia,” imbuhnya.
Sejauh ini BMKG belum menerima adanya laporan terkait kerusakan bangunan sebagai dampak dari gempa bumi Jepang tersebut.
“BMKG akan terus memonitor perkembangan dampak gempa bumi ini dan segera menginformasikan kepada stakeholder, media dan masyarakat,” tuturnya.
















