Namun, harga bahan baku yang ditawarkan koperasi dinilai terlalu tinggi sehingga berpotensi membuat anggaran program menjadi tidak efisien.
“Jadi begini, dari pihak yayasan itu punya koperasi. Untuk harga bahan baku, menurut kepala SPPG masih terlalu tinggi. Kalau harga itu dipaksakan, bisa membuat anggaran menjadi overload. Karena itu kepala SPPG belum berani menjalankan kegiatan sebelum persoalan harga disepakati,” kata Reno.
Namun di sisi lain, pihak koperasi tetap mempertahankan harga yang sudah mereka tetapkan sebelumnya. Akibatnya, kepala SPPG memilih menghentikan kegiatan dapur sementara waktu untuk menghindari potensi kesalahan penggunaan anggaran.
“Ini bukan masalah besar, hanya butuh penyamaan persepsi. Kami harap dalam satu dua hari ke depan sudah selesai dan program bisa jalan kembali,” sampainya.
Selain masalah internal, ternyata masih ada satu proses administrasi yang belum rampung terkait pelaksanaan program MBG, yakni penerbitan Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi (SLHS).