Saat itu, pihak kepolisian kerap meminta bantuan istri polisi maupun pegawai sipil wanita.
Melihat kondisi tersebut, organisasi wanita dan organisasi wanita Islam di Bukittinggi mendorong agar perempuan diberi kesempatan mengikuti pendidikan kepolisian.
Usulan pun disetujui pemerintah, dan pada 1 September 1948, enam perempuan resmi mengikuti pendidikan inspektur polisi di Sekolah Polisi Negara (SPN) Bukittinggi bersama 44 siswa laki-laki.
Mereka adalah Mariana Saanin, Nelly Pauna, Rosmalina Loekman, Dahniar Sukotjo, Djasmainar, dan Rosnalia Taher. Sejak momen bersejarah itu, setiap tanggal 1 September ditetapkan sebagai Hari Polwan.